buah pikiran

Sebuah Sajak dari Sahabat

Senin tepatnya tanggal 11 November 2024 datanglah sebuah bingkisan dari sahabat lawas yang memang sudah lama tidak bertemu. Dia adalah teman seperjuangan semasa kuliah dulu. Kami sempat tinggal diatap rumah yang sama dan juga 1 jurusan saat kuliah dulu. Kali ini kami berkontak karena tanpa sengaja saya melihat status whatsapp dia, dan ternyata dia memposting buku dia yang baru saja terbit. Masya Allah tabarakallah…

Layaknya sebuah paket, bingkisan itu terbungkus dalam plastik bening khas ekspedisi. Perlahan paket itu aku buka dengan menyobek plastik bening tersebut. Setelah plastik terbuka tinggallah bingkisan tersebut yang dibalut dengan kertas tebal warna coklat, kami biasanya menyebutnya dengan kertas kacang padi. Entah kenapa namanya kertas kacang padi. Mungkin dibuat dari kacang dan padi.

Seperti yang kusampaikan sebelumnya bingkisan itu adalah buku. Buku itu dibalut dalam kertas kacang padi yang tebal tadi, diberi selotip agar tidak lepas. Pemberian selotipnya pun hanya berupa potongan-potongan pendek. Cukup kemas dan rapi, ada kesan lawas waktu kupandang bungkusan itu. Mungkin karena kesan kertas kacang padi tadi. Mungkin kalau selotipnya diganti dengan ikatan tali dari serat kelapa tentu akan menambah kesan lawas dan romansa

Waktu status whatsappnya dikomentari lalu kami pun saling berbalas obrolan, berawal aku ingin memesan bukunya. lalu dia menyarankan beli di toko hijau atau oren. Namun aku enggan memesan di toko daring itu karena kita hanya akan dianggap sebagai pelanggan biasa. Aku ingin buku yang diterima itu khusus dan istimewa, dan inilah sajak istimewa yang dia tulis di bungkus luar buku itu:

Aha… jadi inikah peristiwa yang paling berkesan bagi dirimu yang menimbulkan trauma hingga kau menulisnya sebagai sebuah sajak istimewa? aku kira tulisan di halaman pertama buku yang engkau beri tanda tangan dan sebait kata untuk ku. Harapan itu awalnya ada karena buku yang dikirim tidak terbungkus plastik tipis lagi, dan memang ada tulisan tangan di halaman pertamanya. Tapi itu sepertinya bukan tulisan yang ditulis dengan tangan, tapi lebih ke cetakan, karena tidak ada jejak bekas tulisannya.

Oh iya ada sebuah buku sebagai hadiah, yaitu bundel sajak 2019 berwana putih dengan gambar origami angsa. Dan kali ini ada hadiah tanda dihalaman 2, ada bekas tekanan ujung pena disana, berarti memang ditulis. Bukunya agak kumal sih, tapi terima kasih atas hadiah ini.

Pacoy, sejak kapan namamu menjadi adisaputra ? apakah itu menjadi nama penamu? Bisa jadi, tapi untuk sementara inilah ulasan atas bingkisan yang kamu kirimkan. Nanti akan dilanjutkan setelah buku Rumah Pengantin itu selesai dibaca, entah kapan, siapa yang tahu?

Bangkinang, 28 November 2024

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *