buah pikiransiniar

Percakapan dengan Donat

Ada sebuah percakapan menarik yang Yudha alami dengan seorang pengusaha donat di Jl. M Yamin, Simpang Aur Kuning, Bukittinggi. Ketika Yudha sedang menunggu mini bus jurusan Bukittinggi-Padang, ada seorang pria dengan kaos oblong putih dan celana jeans warna biru tua menenteng sebuah keranjang plastik warna biru muda (keranjangnya mirip keranjangn uni penjual combro).

Pertama beliau menawarkan donatnya pada 2 orang perempuan yang duduk di pinggir trotoar…cara tak biasa, maksudnya tak seperti penjual makanan biasa, dia tersenyum dan terlihat seperti orang yang sedang memaparkan sesuatu. Dengan senyuman, akhirnya 2 perempuan tadi yang sepertinya agak enggan untuk membeli ternyata membeli juga. Kelihatannya donatnya cukup menarik, Yudha pun tertarik untuk membelinya, prediksi Yudha harga donatnya Rp 5.000,-, kalau harganya segitu, ya akan Yudha beli sebagai sarapan.

Ketika si pengusaha donat itu menghampiri, langsung Yudha bertanya..harganya berapa bang?…eh si abang malah tersenyum…lalu menjawab Rp 6.000,- (wah kemahalan nih), lalu si abang pengusaha donat menjelaskan macam-macam donatnya, ada yang rasa coklat (coklat batang dengan meses), rasa keju (parutan keju Kraft dengan susu kental manis) dan coklat kacang. Si abang pengusaha donat juga menjelaskan bahwa donatnya dibuat sendiri dari bahan-bahan pilihan, masih baru, rasanya tidak kalah dengan J-co. Tapi jangan disimpan di kulkas, nanti donatnya keras.

Beliau juga berkata kenapa di Sumatera Barat orang cenderung menanyakan harga? Kenapa bukan pertanyaan lain, seperti: apakah donatnya masih baru? Beneran baru ni donatnya? Donatnya enak ng? (kalau menanyakan hal ini biasa si penjual agak tersinggung), baru menanyakan harga. Beliau melanjutkan, kalau mahal tapi enak kan ng sia-sia, nanti beli yang murah ternyata tidak enak, kan mubazir.

Sebenarnya hal yang wajar ketika harga menjadi patokan, terutama buat mereka yang ekonominya pas-pasan, seperti mahasiswa sebagai contoh nyata…lebih memilih yang murah, banyak dan enak. Tapi yang penting adalah pencitraan, kalau sebuah citra baik sudah didapat, maka anda hanya perlu menjaga kualitas produk dan meningkatkan layanan.

Tidak banyak yang Yudha obrolkan dengan si Abang pengusaha donat, ternyata beliau blasteran Bugis dan Minang, bapaknya Bugis, ibunya Minang. Abang yang ramah.

Akhirnya Yudha membeli donatnya 2 buah, ndak tahulah..apakah karena lapar atau terayu oleh pendekatan si abang pengusaha donat ini, Yudha memilih rasa keju dan coklat. Rencana mau dimakan diperjalanan, tapi Yudha piker lebih enak kalau dimakan di kamar saja.

*****

Tiba di kamar, Yudha cuci tangan, lalu mengambil donat yang rasa keju. Yudha gigit…dan hmmm….terasa ada rasa keju…ya iyalah…. Tadi si abang pengusaha donat bilang bahwa rasa donatnya tidak kalah dengan donat J-co. tapi maaf, Yudha sudah lupa rasa donat J-co itu seperti apa…halah… tapi yang jelas, donat ini terlalu sayang untuk dibagi.

 

6 Sep 2011

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *