kulinerwaktu kuliah dulu

Menikmati Pangsit Kering

Pangsit kering? Tahukah teman-teman apa itu pangsit kering? Kalau pangsit atau mie ayam Yudha kira hampir tidak ada dari kita yang tidak mengetahui jenis kuliner yang satu ini. Kuliner ini pertama kali Yudha dengar saat rang sakampuang Yudha menawarkan tempat jajanan yang lezat di Payakumbuh, namanya Febridianti.

Masa kuliner di kampuang surang ndak tau?  Ya apa boleh buat, kesibukan di kampus membuat intensitas pulang kampuang memang jadi berkurang hingga perkembangan kuliner di daerah sendiri pun tidak tahu. Baiklah, cukup sekian saja basa-basinya, mari kita bahas kuliner yang satu ini yang Yudha cicipi bareng teman seperjuangan waktu di DPM KM UNAND dulu yang juga mantan ketua Yudha, Ade Zaenal, yang sekarang sedang meniti karir di Bank Syariah Mandiri, Bukittinggi, dan masih single. Setidaknya sampai tulisan ini diposting.

Lokasi tempat pangsit kering ini biasa saja, dia tidak di dalam sebuah toko atau kedai atau kafe, hanya dengan menggunakan garabak. Dari informasi yang Yudha dapatkan, garabak pangsit kering ini mangkal di depan kantor DPD Partai Golkar, sebelah kanan kalau kita dari pasar Payakumbuh.

Garabaknya beroda 3 dan bermotif warna hijau. Garabaknya mirip dengan garabak bakso atau pangsit biasa, tidak ada yang lain dari garabak tersebut, kecuali tulisan di kacanya yang bertuliskan merk dagang. Terdiri dari 4 baris. Baris pertama bertuliskan Mie Ayam, baris kedua Pangsit (apa coba, beda mie ayam dan pangsit?), baris ketiga (ini yang agak unik) terdiri dari 3 buah huruf arab yang sering kita jumpai kalau kita membaca buku Iqro’, dan huruf itu dibaca ba tsa ba…hahaha…lawak.

Kita cukupkan untuk pembahasan garabak ini, mari kita beralih ke masakannya. Ada dua menu yang disediakan, yaitu pangsit/mie ayam basah alias pakai kuah, dan pangsit kering (di Sumatera Barat istilah pangsit dan mie ayam sama saja). Pangsit basah pakai kuah tentu sudah sangat familiar, sekarang kita bahas pangsit kering.

Sepintas terlihat seperti siomay, tapi tentu saja tidak siomay. Dari semangkok pangsit kering yang Yudha nikmati berisikan: mie kuning, sayur (sama dengan sayur pangsit biasa), bakso, dan ditambah dengan bawang goreng dan disiram dengan ramuan bumbu bawang yang mirip dengan kuah kacang pada pical, tapi tidak berair. Yang menjadi pertanyaan Yudha “pangsit”nya mana? Bukan kah pangsit itu sejenis kerupuk.

Tidak puas dengan itu, rekan makan Yudha meminta agar pangsit keringnya di kasih kuah, dan kelihatanya si pedagang kebingungan dengan permintaan tersebut. Terus Yudha bertanya kok tidak pakai ayam? Si pedagang menjawab kalau pangsit kering memang tidak pakai ayam. Duh…

Well… untuk pangsit kering ini sepertinya Yudha kelewat berharap, Yudha kirain pangsit seperti biasa dengan kerupuk pangsit, pakai ayam, cuman tidak pakai kuah. Ternyata mie kuning basah pakai bakso trus sayur dengan ramuan bumbu bawang yang mirip kuah kacang pada pical tapi tidak berair.

Tapi setidaknya bagi mereka yang tidak ingin makanan berkuah, menu ini layak untuk dicicipi, tapi tentu saja dengan konsekuensi bahwa nantinya angok kita akan beraroma bawang

13 Mar 2011

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *