aktivitas pasca kampus

Ikut Survei LSI – Bagian 4

Masih… Rabu 6 April

Nomor acak yang keluar untuk RT adalah 4,5,6,3 dan 8. Jadi tugas selanjutnya adalah mengunjungi Ketua RT dan meminta data mengenai jumlah dan nama KK (Kepala Keluarga). Adapun nama-nama Ketua RTnya adalah (kalau tidak salah):

  1. RT 3 : Amri
  2. RT 4: Sayuti
  3. RT 5: Aminuddin
  4. RT 6: Abdullah
  5. RT 8: Amri

Ketua RT yang pertama Yudha kunjungi adalah RT 4 karena alamatnya mudah dicari, dan ternyata Ketua RT 4 juga mempunyai profesi tambahan sebagai seorang DUKUN.

Ketika berkunjung kesana beliau sedang mengobati orang, jadi Yudha sampaikan saja tujuan Yudha ke pada orang rumah (istri) beliau yang kebetulan sedang duduk di bangku bawah pohon halaman rumah.

Sambutan beliau cukup baik apalagi disampaikan pula tujuan Yudha adalah survei dari LSI. Ternyata data KK dibuat secara manual di sebuah buku isi 40. Jumlah KK kalau tidak salah 44 KK.

Seorang bapak yang pada saat itu memakai baju KNPI sempat bertanya tentang tujuan Yudha kesini, maka Yudha jelaskanlah kembali tujuan Yudha ke Padang Palangeh ini. Beliau bertanya malam ini tidur dimana? Yudha jawab tidur di tempat teman, dan titik kumpulnya di kantor camat.

Beliau menambahkan bahwa jalan kesana harus melewati hutan karet yang sepi (mampuih dah..hari udah jam setengah lima lagi). Mendengar hal demikian maka Yudha cepat-cepat mohon diri karena khawatir nanti tiba di hutan karet sana hari sudah gelap. Jarak ke kantor camat sekitar 30 menit pula. Duh.

Agak deg-degan juga melewati hutan karet, moga-moga saja tidak ada perampok. Untung saja sepanjang perjalanan sempat juga berpapasan dengan pengendara lain, tapi begitu masuk ke hutan karet, malah sepi. Dengan menekan gas lebih dalam Yudha ingin cepat keluar dari hutan karet ini.

Lalu terlihatlah sebuah jembatan, katanya kalau sudah liat jembatan maka aka nada pemukiman penduduk. Fiuhh…aman dah.

Agak sulit juga mencari dimana kantor camatnya apalagi kalau kita enggan bertanya. Jadi istilah “malu bertanya sesat di jalan tidak berlaku”, tapi “malu bertanya sesat di hutan”.

Ternyata Yudha orang pertama yang di kantor camat (yang lain pada kemana?). menjelang maghrib Marde datang, lalu kami menelpon Rizqi Azmi, ternyata beliau ada di rumah Rio alias pak Lurah

Rizqi Azmi cukup beruntung karena disana datanya sudah ada, mulai dari RT sampai KK. Hal ini membuat kami cukup lama tertahan di Kuamang Jaya karena menunggu Rizqi Azmi selesai menyalin data KK yang terpilih, dan pung…lampu mati, wah…

Untung saja pak lurah punya genset jadi lampu hidup lagi. Sementara Rizqi Azmi mem-paste data, kami sempat ngobrol dengan Pak Lurah tentang kehidupan beliau dan kehidupan warga sekitar, ditambah lagi ternyata Marde masih ada trah keturunan Jawa Tengah (wah…baru tahu Yudha).

Dari cerita pak lurah didapat bahwa uang bukan masalah yang terlalu berarti bagi warga sekitar , yang mereka khawatirkan adalah masalah pendidikan. Bagi mereka uang tidak ada masalah, dan yang sedang jadi tren di kampung itu sekarang adalah para orang tua ingin anaknya jadi dokter, maka mereka mengirim anaknya untuk kuliah kedokteran di kampus yang ada di Jawa. Hal ini kami buktikan karena ketika lampu mati tadi, anak seorang remaja yang sekarang duduk di kelas 3 SMA diminta orang tuanya tuk kuliah di Fakultas Kedokteran, padahal ia ingin masuk Fakultas Hukum. Namun banyak juga dari mereka yang tak ingin kuliah karena sudah enakan mendapatkan uang dari menyadap karet atau memanen sawit.

Waktu menunjukkan angka 9 malam ketika Rizqi Azmi selesai menyalin data. Tujuan kami selanjutnya adalah daerah yang bernama SPA (bahkan orang yang tinggal disana pun tidak tahu apa itu kepanjangan SPA).

Butuh waktu agak 20 menit kesana, dan masih melewati hutan karet namun nuansa pemukiman masih terasa. Kami belum makan malam dan ternyata di SPA ada SPBU, tapi disana tertulis “Premium Habis”. Kami mencari tempat tuk makan malam dan Alhamdulillah kami tidak perlu repot mencari, namanya Rumah Makan 3 Dara. Ternyata pemiliknya urang awak juga asal Piaman Laweh..hahahah…urang awak memang ada dimana-mana.

Waktu itu perut kami serasa sangat lapar, bahkan Yudha makan 2 protein saat itu, lapar soalnya, rencana tuk menguruskan badan dengan ikut survei sepertinya bakalan tidak sukses nih.

Selesai makan sambil menunggu mas Susanto datang, kami saling berbagi cerita. Rizqi Azmi sempat bertemu dengan Babai Hutan karena beliau tersesat ke kebun sawit..hahaha… Marde cerita bahwa di Bangun Harjo Rionya bernama buk Bariyah…ahahaha… kalau cerita Yudha sih biasa saja, karena Yudha memang kurang cakap bercerita.

Jam 10 malam kami ketemu dengan si Mas, kami diajak kerumahnya. Sebelum sampai dirumah, kami sempat mampir ke rumah ketua RT, kami panggil mbah karena kelihatannya dia udah sepuh.

Sampai di rumah si Mas sekitar jam 11 malam, Yudha berinisiatif tuk mandi karena badan rasanya lengket dan berkeringat, tapi yang lain malah memilih tidak mandi, ya terserah. Yang penting nanti pas tidur badan segar dan enak.

Rumah Mas Susanto semi permanen, namun cukup besar, lebih besar dari sekre BEM KM…hahaha…kamar mandi dan WCnya terpisah dari rumah, ini khas rumah jaman dulu. Perkarangan rumahnya juga luas, karena menurut pengakuan Pak E (bapaknya si Mas), masing-masing keluarga transmigran dapat tanah 100 x 30 meter.

Selesai mandi dan menyeruput teh hangat, Marde sudah tidur duluan, kami bertiga sempat diskusi. Kami motivasi si Mas untuk segera menyelesaikan kuliahnya (s1 Pertanian di Universitas Muaro Bungo 2005), dan banyak hal, kalau tidak salah awal cerita kami adalah mengenai program komputer lalu merembet ke masalah sejarah Kerajaan Sriwijaya yang menurut RIzqi Azmi ada di daerah Maek, Lima Puluh Kota, sejarah sampai masalah politik. Tentu sebagai laki-laki yang cukup usia, mengenai walimahan juga sempat dibahas. Untuk hal itu Yudha memilih untuk segera tidur.

Kira-kira jam 00.00 WIB Yudha baru merebahkan diri di atas kasur. Lelah namun menantang. Istirahat untuk menghadapi survei esok hari, target: 5 responden.

Sebelumnya…                                                                           Bersambung…

21 Apr 2011

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *