buah pikiranwaktu kuliah dulu

Cacatan akhir tahun 2010 di depan kost

Entah apa yang terjadi dengan masyarakat ini, itulah pertanyaan yang muncul hampir setiap akhir tahun, kenapa harus setiap akhir tahun?…ini dia ceritanya.

Sudah menjadi hal yang lumrah (walaupun sebenarnya ini adalah merupakan suatu kekeliruan) setiap akhir tahun ada acara malam tahun baru. Di daerah tempat Yudha tinggal di Jalan M Hatta,RT 12 RW 02, Kapalo Koto, Pauh, Padang, atau biar lebih mudah di kenal adalah dekat Jembatan Rizki, Jalan Kampus Universitas Andalas (dan mungkin di tempat-tempat yang lain) ada sebuah kebiasaan merayakan malam tahun baru dengan mengadakan hajatan. Hajatannya sederhana saja, cukup dengan menyewa panggung dan orgen tunggal plus artisnya, dan biasanya ini diadakan oleh pemuda sekitar. Yudha tidak sepakat dengan kata pemuda, lebih tepatnya preman kampung disana.

Hajatannya kelihatannya sederhana tapi menurut Yudha pribadi sangat tidak layak dan terkesan jahiliah. Mari kita runut satu persatu.

Pra Acara

Biasanya 2 minggu menjelang acara diadakanlah rapat yang biasanya bertempat di kedai kopi++ (maksudnya juga ada minuman lain selain kopi) mengenai kapan tanggal acara, siapa panitia, dana, dan hal-hal yang berkaitan dengan kesuksesan acara. Pokoknya ada pembagian kerja yang rapi sehingga masing-masing orang tahu apa yang harus dilakukan guna menyukseskan acara.

Mengenai siapa ketua panitia, sudah jelas siapa yang paling berpengaruh disana (baik pengaruh baik maupun pengaruh buruk, pengaruh buruk sepertinya) dan rasanya ketua RT hanya bisa mengamini kegiatan tersebut (atau jangan-jangan ketua RT juga berperan aktif?)

Mengenai siapa pengisi acara atau orgen mana yang akan dipilih?…dari pengamatan yang dilakukan ada beberapa aspek yang dijadikan panduan untuk memilih..yang pertama adalah kualitas sound systemnya (yang berdebum-debum) dan artisnya. Untuk artis ini minimal 3 orang, 1 orang pria dan sisanya wanita, lebih banyak wanita lebih baik. Untuk kualitas suara itu bukan yang utama (untuk yang wanita), yang jelas bisa bergoyang, mendesah, pakaian sexy, dan syurr…walaupun dari pengamatan tidak terlalu syur..tapi menurut Yudha bagi mereka (warga sekitar) itu sudah syur..cihui..

Mengenai dana sepertinya tidak masalah, ada beberapa kegiatan yang dapat dilakukan dalam rangka penggalangan dana. Yang pertama biasanya mendatangi rumah warga sekitar untuk minta sumbangan, yang kedua (ini yang agak keterlaluan) menghambat jalan dan meminta sumbangan kepada pengguna jalan.

Satu hal yang pantas dicermati adalah hanya ada satu jalan menuju kampus Unand, dan ini sangat dimanfaatkan oleh mereka untuk meraih dana. Kegiatan paling lama berlangsung seminggu, dapat dibayankan berapa dana yang dapat mereka kumpulkan dari orang yang berlalu lalang menuju kampus, tentu saja yang paling banyak jadi target sasaran adalah mahasiswa yang membawa kendaraan terutama sepeda motor. Mereka tidak segan (tidak tahu malu) meminta sumbangan yang ditentukan besarannya dan dengan nada yang agak keras (kalau ini mah bukan minta sumbangan, tapi lebih mirip memalak alias pungli).

Mereka sangat lihai untuk melihat mana saja yang mahasiswa atau bukan, kalau ada mahasiswa yang lewat dan terutama yang berpasangan..hup..langsung disergap dan dimintai sumbangan. Masih untung kalau dimintai 5000, kalau lebih dari itu gimana? Mau tak mau harus dibayarlah..hahaha..antara malu sama pacar dan takut di gertak preman. Tipe sumbangan mirip dengan tiket parkir sekali pakai, kalau lewat lagi ya kena sumbangan lagi…tapi kan bisa ngasih alasan..”alah tadi da”.

Untung saja ruas jalan dibagi 2 sehingga tidak menimbulkan kemacetan, sehingga hampir tidak ada kecelakaan yang terjadi saat kegiatan minta sumbangan ini berlangsung. Tapi tentu saja kondisi jalan yang terbagi 2 itu memudahkan mereka untuk meminta sumbangan. Selain minta sumbangan pasti ada donator yang mendukung acara ini, tapi siapakah donatur itu?..masih tanda Tanya.

2 hari menjelang hari H mereka mulai mendirikan panggung, karena ruas jalan terbagi 2, maka mereka mengambil penuh salah satu ruas jalan, akibatnya 1 ruas jalan yang tersisa harus menampung 2 arus kendaraan yang berlawan arah, sangat mengganggu kenyamanan berkendaraan karena mereka memakai fasilitas umum, tapi kegiatan menutup salah satu ruas jalan ini adalah hal yang lumrah, mungkin mereka beranggapan ini kan jalan kampung den. Whatever,,, tidak tahulah apakah mereka pernah berperan serta dalam pembuatan jalan tersebut? Bayar pajak misalnya..tapi rasanya tidak karena mereka bukan subjek pajak.

Ada kejadian yang menarik kemarin saat mereka sudah memblok jalan pada malam hari, jadi ada sepasang mahasiswa dengan sepeda motor menabrak palang tanda jalan diblok, tuntan…bunyi bilah papan terhempas kena tabrak..oooo… langsung saja salah seorang dari mereka (kayak bapak-bapak) naik pitam seraya memaki. Ndak nampak dek ang palang tu wawaw..trus si mahasiswa menjawab ndak nampak do pak, ndak sangajo, sorry…(hohoho..mana pula sengaja mahasiswa tu pak..pakai bahasa Inggris pula minta maafnya..payah)

Bapak tersebut terus saja mendekati si mahasiswa ini tapi bukan untuk menempeleng, Cuma mau memasang kembali palang kayu tersebut. Si mahasiswa itu (sepertinya ketakutan) langsung membelokkan motornya dan terus melaju).. kejadian itu tepat terjadi di depan kacamata Yudha, Yudha tidak melakukan apa-apa karena tidak ada kejadian yang harus membuat Yudha melakukan apa-apa. Sebuah hiburan di malam yang dingin, Yudha terus saja membeli gula dan teh serta lauk untuk makan malam.

Saat acara berlangsung.

Satu hal yang dapat dikatakan cukup baik adalah acara dimulai setelah sholat isya, walaupun setelah maghrib sudah mulai terdengar suara dari pengeras suara, namun ini hanyalah sekedar check sound alias sentuhan akhir kalau-kalau ada alat yang bermasalah.

Selepas isya keluarlah masyarakat sekitar, dari amak-amak, apak-apak, pemuda, pemudi, anak-anak (baik laki-laki maupun perempuan) dan semua berdandan dengan rapi. Jarang dari mereka yang datang sendirian, sekurang-kurangnya lebih dari satu alias berdua, baik jalan kaki maupun naik motor, bahkan dalam satu motor dinaiki 3 orang, bisa 4 kalau masih sebesar anak SD.

Bagi mereka yang telah berkeluarga dan membawa anak tentu gerak agak terbatas terutama yang membawa istri, paling-paling hanya melihat dari kejauhan sambil berdiri di dekat istri sekaligus sambil menggendong anak, kalau anak digendong istri, maka ada kesempatan untuk menghirup asap tembakau.

Bagi para cowok jomblo yang datang bersama teman-teman lebih memilih untuk bergerombolan sambil melihat-lihat mana tahu ada gerombolan cewek yang lagi jomblo juga yang sedang berkumpul, kan lumayan buat kenalan. Bagi yang punya motor lebih memilih duduk diatas jok motor yang diparkir dengan kaki 2 seraya menghisap asap tembakau. Untuk saat ini tentu saja merk rokok tidak sembarangan, harus yang berkelas dan mild. Bagi teman mereka yang tidak punya motor alias datang ke lokasi dengan tebengan lebih memilih berdiri dengan pose badan sedikit dimiringkan, apakah ke tonggak atau ke motor, pokoknya ng miring ng keren, sambil merokok atau memainkan hp seperti orang yang sedang asyik bermukabuku di layar ponsel.

Dress code cowok ini sudah tentu celana jeans dengan kepala ikat pinggang gambar tengkorak, kaus oblong warna kuning atau hijau, dibalut dengan sweater yang bertutup kepala warna abu-abu, tangan bergelang-gelang, kalung rantai kalau ada, serta sepatu kets. Kalau sepatu tidak ada yang penting bukan sandal jepit. Ini buat mereka yang punya cukup modal, bagi yang tidak, kaos oblong warna hitam dan sweater atau jaket berbahan denim. Yang pasti, hanya apak-apak yang memakai kemeja dan celana dasar ke lokasi, kalau ada apak-apak memakai celana jeans pendek dan oblong warna putih dengan perut menyembul dari balik baju, itu pasti toke, apakah toke batu, toke baju, toke rumah makan, yang penting toke. Tahu arti toke kan? Yang jelas bukan tokecang.

Buat yang amak-amak yang ekonomi agak sulit, agak susah untuk menggambarkannya, tapi Yudha yakin pembaca bisa membayangkannya. Bagi yang sedikit berlebih ekonominya, ya pakai baju anaknya lah, yang agak-agak ketat gitu, celana ngepas dengan baju kaos berlengan pendek sebahu, pakai bedak di muka dileher tidak (jadi kayak topeng), lipstick, gelang emas, sandal sepatu dengan hak sedikit tinggi warna coklat, dan berjalan seraya mengandeng tangan suami…kata orang mesra.

Trus anak mereka kemana?..kalau punya motor dan anaknya sudah bisa bawa motor ya dibiarkan pergi dengan motor tersebut, toh tempat orgen dari rumah tidak jauh, kalau masih kecil namun sudah bisa jalan ya dibiarin jalan didepan sambil diperhatikan, bagus-bagus kalau ada kakaknya yang umurnya tidak jauh beda.

Kalau untuk yang cewek, ada banyak variasi namun dapat dikategorikan jadi 3, yaitu dengan baju kaos, sweater dan …hmm..sejenis gaunlah katakana. Untuk bawahannya sudah pasti bukan rok bukan pilihan utama, celana jeans ngepas lebih mantap dan menarik, kalau ada yang pakai rok, modelnya dengan warna polos gelap dan lurus kebawah. Setidaknya belah roknnya paling tinggi hanya sejengka diatas maka kaki, tidak ditemukan yang sampai ke paha..hehehe..

Makin Malam makin dingin atau panas ya?

     Semua kelihatan seperti acara musik biasa, dan keadaannya pun biasa saja. Lagu-lagu yang dibawakan adalah lagu yang termasuk top hitslah, sekitar beberapa bulan yang lalu atau lebih dikenal dengan Top 40, tapi lagu yang dibawakan adalah nomor 30 kebawah ditambah dengan lagu yang sudah keluar dari chart. Maklum aja, skill pemain orgennya belum cukup mampu membawakan lagu yang tergolong benar-benar baru.

Dimulai dari abis isya kita akan disuguhkan lagu-lagu pop Indonesia, ya lumayanlah untuk dinikmati walaupun vokalnya masih ada juga yang fals. Sekitar 2-3 lagu artisnya istirahat sebentar atau diganti oleh artis yang lain. Untuk saat ini suasana sangat ramai, penuh tumpah ruah di jalanan. Tidak ketinggalan penjaja kacang abuih serta tukang sate. Yang jelas pedagang rokok akan mengalami lonjakan penjualan pada saat itu.

Namun bukan itu acara puncaknya, itu hanya permulaan untuk suasana yang lebih riuh dan menghentak. Saat mata anak-anak sudah mulai mengantuk serta yang ada hanya penonton yang dianggap telah cukup umur, pesta dimulai.

Musik yang mulanya bernuansa pop kini beat-nya semakin kencang dan meninggi, artis yang tadi pakaian cukup kain kini telah berganti dengan yang kurang bahan, seperti kaos ketat tanpa lengan, rok mini atau celana panas (hot pants), tanktop, intinya adalah sexy.

Sekarang suasana telah berubah seperti diskotik jalanan, yang terdengar hanyalah dentuman musik dari speaker, teriakan penyanyi wanita yang lebih banyak desahannya, dan anehnya penoton yang banyak itu tak bereaksi apa-apa alias diam saja. Ya jelas saja karena mereka terpana melihat artis wanitanya berjoget meliak-liuk diatas panggung. Bagi mereka ini adalah momen yang tak boleh dilewatkan. Ckckck…

Yang jelas warga sekitar menikmati hal tersebut, pertanyaannya adalah kemanakah mahasiswa yang kost disekitar itu?..hohoho..gampang saja..mereka menikmati juga, sekurang-kurangnya menikmati suara bising dari dalam kamar…hahahha…

Ada yang memilih untuk menjadi garda terdepan dengan nongkrong langsung didepan rumah kost karena kebetulan rumah kost di pinggir jalan dekat panggung, ada yang melihat dari kejauhan seperti naik ke atap rumah sambil membawa teropong, atau menutup rapat pintu kamar dan membenamkan kepala dibawah bantal agar bisa tidur.

Yang jelas acara berlangsung aman dan tertib, tidak terjadi keributan padahal Yudha mengharapkan ada sedikit keributan sehingga akan muncul perkelahian antar preman, kan lumayan dapat hiburan street fighter…hoho kok jadi anarkis?

Ingin juga melihat preman sekitar berkelahi baik dengan sesama dia (walaupun kemungkinannya kecil) maupun dengan preman kampung lain, karena tempat menonton sudah ada, atap tempat kost yang berlantai 3.

Apapun itu tidur memang lebih baik daripada mengikuti acara tersebut, tapi kalau sekedar melihat? Ya terserah anda, namanya juga rasa ingin tahu.

7 Mar 2011

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *