buah pikiranfiksiwaktu kuliah dulu

Aku yakin kamu juga melakukannya

Dan ini memang cerita tentang diriku, kurang lebih tentang diriku.

Cukup berpikir juga apakah kisah ini perlu dituliskan menjadi sebuah tulisan yang nantinya akan dapat dibaca oleh orang banyak atau banyak orang, terserah. Tidak menulis kisah ini berarti aku telah melewatkan kesempatan untuk berbagi kepada orang lain dan orang banyak tentang pendapatku terhadap suatu peristiwa atau kejadian. Tapi dengan menulisnya akan membuat aku mengungkapkan hal pribadi yang bisa saja bagi sebagian orang adalah hal yang merupakan sebuah rahasia umum. Semua orang tahu tapi semua orang tidak membicarakannya atau jarang membicarakannya. Apakah itu karena tabu, atau karena hal tersebut tidaklah penting untuk diceritakan pada banyak orang. Tapi aku telah memilih untuk menceritakannya. Dan beginilah ceritanya:

Ada sebuah kegiatan yang rutin kulakukan dan sekarang telah menjadi kebiasaan bagiku. Kegiatan ini mulai merasuki pikiranku pada saat aku mengalami peristiwa yang bagi banyak orang disebut dengan akal baligh. Kegiatan ini mulai meracuni kehidupanku pada saat aku mulai masuk SMP, karena kebetulan masa akal baligh itu pas aku SMP. Pada mulanya tidak aku hiraukan karena masih banyak yang harus kukerjakan pada masa-masa SMP itu. Masa-masa puber bagi seorang pemuda seperti diriku kuhabiskan untuk mulai memperhatikan penampian dan tertarik pada lawan jenis. Suka pada musik-musik yang bersyairkan cinta dan film action romantis ala hollywood.

Jadi pada masa itu kegiatan ini belum atau tidak terlalu aku pikirkan, hingga kegiatan ini hampir jarang kulakukan, walaupun pernah juga sekali-kali kalau lagi kepepet saja.

Namun ketika diri ini masuk SMK, barulah hasrat tuk melakukan kegiatan tersebut mulai menguat. Apalagi pada saat ini aku sudah tidak serumah lagi dengan orang tua, dibilang anak kost tidak juga karena aku menumpang tinggal di salah satu rumah sanak famili, tapi setidaknya aku mempunyai kamar sendiri yang walaupun kecil tapi setidaknya nyaman tuk melakukan hal-hal yang sifatnya pribadi, seperti tidur atau mengganti pakaian dalam. Kan tidak lucu kalau tidur atau ganti baju ada saja orang yang lewat atau melihat. Pada masa itu aku memiliki tempat untuk privasiku.

Karena aku tinggal tidak dengan orang tua, setidaknya aku punya sedikit kebebasan untuk melakukan hal-hal tertentu tanpa harus takut dimarahi, paling-paling hanya kena tegur saja, namun hal tersebut tentu saja tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap uang saku bulanan yang dikirimkan orang tua kepadaku. Dan tentu saja pada saat itu pikiran untuk memikirkan kegiatan itu mulai menguat lebih kuat lagi, bukan hanya sekedar ingat, tapi bagaimana bisa untuk melakukannya. Melakukannya.

Berada di tempat baru dengan teman-teman baru membuatku melakukan hal-hal baru, namun pada kenyataannya hasrat untuk melakukan kegiatan itu pun semakin kuat hingga sampai tahap “kamu harus melakukannya” alias tidak tahan lagi.

Aku coba merenungi apa iya kegiatan ini harus aku lakukan saat usia ini telah mencapai tahap remaja tanggung, tapi bukan ABG labil ya. Cukup lama juga untuk merenungkan dan mengambil keputusan. Bingung, akhirnya aku mencoba mencari kesempatan untuk mengorek informasi dari teman-temanku apakah mereka juga melakukan kegiatan ini juga, kegiatan yang kayaknya sekarang sudah biasa dilakukan oleh seorang laki-laki.

Dan akhirnya momen itu datang juga, dan diriku berhasil mengumpulkan informasi dari mereka. Dari info yang kudapat, ada yang melakukannya 1 kali seminggu, 2 kali atau bahkan ada yang hampir setiap hari, wow… namun ada juga yang jarang sekali melakukannya, bisa dibilang 1 bulan sekali, itupun kalau sempat. Wah…sangat bervariasi jawabannya.

Melalui perenungan yang cukup panjang dengan banyak pertimbangan, karena tentunya kegiatan ini cukup menguras tenaga dan membuat badan berkeringat. Akhirnya kuputuskan untuk melakukan kegiatan ini: 1 (satu) kali seminggu. Ya, cukup satu kali seminggu. Namun jika ada hal yang luar biasa diperbolehkan untuk melakukanya lebih dari 1 kali seminggu. Untuk harinya aku pilih hari sabtu karena hari minggu adalah hari libur, jadi kalau lelah bisa istirahat seharian pada esok harinya. Hehehe…

Lalu bagaimana dengan tempatnya? Tentu tempatnya adalah tempat yang ada airnya dan cukup tertutup, maka tidak lain dan tidak bukan tempatnya adalah kamar mandi.

Itu dulu dimana aku masih bisa menahan diri untuk melakukannya 1 kali seminggu, tapi sekarang tidak, aku tidak nyaman lagi kalau hanya sekali seminggu.

Saat ini aku benar-benar anak kost yang tinggal di kamar kontrakan, dan sekarang aku memang sendirian di kamar. Tentu kalau kita sebagai anak kost tidak ada yang terlalu memperhatikan apa saja kegiatan yang kita lakukan, tinggal kunci pintu kamar dan kita bebas melakukan apa saja, dan kebetulan juga kamar mandi berada di dalam kamar. Seru.

Kegiatan yang biasanya kulakukan 1 kali seminggu sekarang semakin menggila di pikiranku, aku bahkan bisa melakukannya 3 kali dalam seminggu atau tiga hari berturut-turut. Bisa siang dan tak jarang juga malam. Benar-benar kulakukan. Bisa saat aku mandi ataupun tidak, yang penting kegiatan ini harus kulakukan.

Pernah juga aku berpikir kenapa harus seperti ini? Bukankah ada fasilitas lain yang bisa dimanfaatkan. Namun setelah kupertimbang, menunggukan fasilitas lain itu membuat aku harus mengerluarkan biaya dan waktu perjalanan, tidak efesien bagiku walaupun sebenarnya efektif.

Tapi sesaat setelah aku melakukan kegiatan itu sendiri, ada rasa nyaman dan damai yang kurasakan, perasaan jadi lebih rileks dan santai, pokoknya fresh dan segar. Plong dan ini memang benar, aku telah membuktikannya. Tapi aku tidak tahu apakah hal yang sama juga berlaku untuk orang lain. Saat aku melakukan itu aku bisa sekalian melepaskan segala uneg-uneg yang ada di pikiran, rasa kesal dan jengkel.

Tentu saja konsekuensinya aku menjadi lebih lelah dari biasanya, namun karena sudah terbiasa rasa lelah itu berubah jadi rasa senang. Dan ini yang membuat aku harus mempertahankan kegiatan ini, terserah orang mau bilang apa, tapi aku suka dan aku memang harus melakukannya.

Pernah juga berpikiran kalau ada pasangan tentu aku tidak perlu repot-repot melakukan hal ini, benar kan? Tanpa diminta pun semua akan terjadi. Tapi karena sekarang aku masih single alias sendiri, ya mau tak mau kegiatan mencuci baju sendiri ini aku lakukan, bukan karena terpaksa tapi memang aku butuh. Siapa lagi yang mau mencucikan bajuku kalau bukan aku sendiri?. Ke binatu alias landry? Rasanya aku bukan orang yang super sibuk sehingga tidak sempat mencuci baju sendiri, bahkan aku masih bisa tidur siang. Itu tandanya aku memang memiliki waktu luang.

Selain itu saat mengucek pakaian itu aku bisa meluapkan emosiku, dari pada kumarah-marah tak jelas karena penyebab marahnya aku pun kurang jelas, tentu akan lebih bagus aku marahin saja baju ku yang kucuci, emosi lenyap baju pun bersih.

Namun jika aku punya pasangan nanti aku juga kurang tega membiarkan dia mencuci baju, akan kubelikan sebuah mesin cuci, sehingga saat baju dicuci pun kami punya lebih banyak waktu tuk bersama.

17 May 2011

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *