waktu kuliah dulu

Yang masih teringat saat sharing pada acara Silaturahim Aktivis BEM KM UNAND, 18 September 2010

Yang masih teringat saat sharing pada acara “Silaturahim Aktivis BEM KM UNAND, 18 September 2010”

Sesi sharing dipandu oleh Menteri Infokom Kabinet kontribusi Nyata, Supadilah dengan nuansa sedikit garing, tapi masih baguslah kalau dibandingkan dengan Yudha yang ngomongnya belepotan dan taserak .

Sharing perdana dimulai dari kak Arin zamannya Kabinet Full Energy (2004-2005). Ada pernyataan menarik yang disampaikan oleh kak Arin, yaitu “pada saat kita sedang beraksi di jalanan, kita beranggapan seakan-akan kita sedang berjuang, padahal aksi saja tidak cukup”. Coba kita berpikir seandainya kita yang berada dalam posisi yang kita demo tersebut, jika memang nanti kita ada posisi tersebut, maka kita harus lebih baik dari mereka. Pertemuan ini bukan untuk nostalgia, tapi berbagi.

Hal lain yang menarik dari penyampaian kak Arin adalah adanya semacam persepsi: kata BEM terdahulu, kami lebih baik, kata BEM yang sekarang, kan zamannya beda. Sepertinya untuk persepsi ini dapat ditelusuri kebenarannya. Terakhir kak Arin menyampaikan kendala pada waktu itu, yaitu DANA.

Sesi awal sharing sempat terhenti karena di interupsi oleh bang Denny Salaki dan ini dapat dimaklumi karena pada saat itu moderator hanya menyebutkan BEM KM dari Kabinet Tak Sekedar Kata, padahal yang hadir ada juga yang berasal dari jamannya bang Irwan Suwandi dan Yohanes Wempi. Interupsi selanjutnya dari bang Deden adalah ketika beliau melihat tidak adanya notulensi dalam sesi ini, dikhawatirkan kalau tidak ada notulensi apa-apa yang telah disampaikan dapat lupa begitu saja. Sayangnya menurut Yudha tanggapan dari Supadilah seperti kurang bagus dan terkesan memberikan perlawanan, hingga Yudha berinisiatif bahwa semua yang disampaikan tadi telah Yudha catat.

Tak Sekedar Kata diwakili oleh bang Afif. Diawali dengan pernyataan bahwa beliau dengan bang Irwan Suwandi dan Armen Desta sempat di-blacklist oleh intel akibat mendesak Gubernur pada saat itu (Gamawan Fauzi) untuk menandatangani pernyataan penolakan kenaikan BBM. Selain itu beliau jugamengatakan bahwa beliau sering diskusi dengan mantan-mantan pengurus yang seangkatan tentang kenapa ya pergerakan adik-adik kita melemah?

Beliau juga mengingatkan banyak yang dapat kita kritisi dari kondisi internal kampus dan mengenai transfer ilmu dan informasi dari kepengurusan sebelumnya, sehingga pengurus yang baru tidak perlu mengulang dari nol lagi. Dan yang terpenting adalah bagaimana kita dapat mendata siapa saja pengurus BEM KM.

Untuk Kabinet Real Action dan Kritis dan Solutif dipaparkan oleh Hanif Dwi Putra alias HDP. HDP sempat melemparkan sebuah pantun karena lemahnya jawaban salam yang diterimanya, “Buah Palam dimakan dengan buah tomat, dibeli di pasar pagi. Berhubung salam dijawab tak semangat, lebih baik kita ulang lagi”

Beliau mengingatkan agar jangan terlalu sibuk dengan internal pengurus. Diawal kepengurusan sibuk mengurusi kondisi internal sehingga waktu tak terasa sudah mau Sidang Umum saja dan sibuk menyiapkan LPj. Karena kerja tidak maksimal sidang umum kita mulai dengan menghujat DPM dengan bertanya bagaimana kinerjanya, tapi itulah dinamikanya. Sebenarnya banyak yang disampaikan oleh beliau tapi hanya itu yang Yudha ingat.

Untuk Kabinet Bersatu karena  kabro tidak hadir (Rizki Kurniawan) dan bro yang satu lagi juga tidak hadir (M Hayatuddin) maka Yudha yang mewakili. Seharusnya Yudha bilang seperti ini:

  • Benar kata kak Arin, dana memang jadi persoalan pertama

Jika tim fundraising itu terdiri dari kabinet, maka sangat tergantung dari keahlian masing-masing pribadi. Di zaman Real Action misalnya, bang Dodi F dan bang Dolla adalah personal yang telah memiliki pemasukan sendiri dan jaringan yang luas, jadi cukup mudah untuk mencari dana.

Ada baiknya kita memiliki sumber pemasukan sendiri yang rutin. Karena apa yang kami alami di Kabinet Bersatu cukup memprihatinkan, gempa 30 September membuat sumber-sumber pendanaan dari pihak ketiga nyaris tidak ada padahal proker harus diselesaikan. Maka sumber dana yang memungkin pada saat itu adalah minta ke kampus. Semakin sering kita minta dana ke kampus (Rektor dan PR 3) maka semakin lemahlah posisi tawar kita di mata pimpinan.

Dengan adanya dewan alumni ini setidaknya kita bisa mengharapkan bantuannya, baik materil maupun non materil, sehingga pengurus merasa ada yang mengayomi. Cukuplah keadaan yang menyedihkan itu kami yang mengalami.

  • Benar kata bang Afif, pergerakan semakin melemah

Kata ustadz penyebab lemahnya iman karena kita sering bermaksiat, maka bisa jadi lemahnya pergerakan kita karena kita sering melakukan maksiat dalam pergerakan. Lalai dan tidak konsisten, mengambil yang bukan haknya dan tidak memberikan hak orang lain. Misalnya dalam mengadakan acara, biasanya jika ada dana yang berlebih selalu kita habiskan, padahal bisa saja itu bukan hak kita. Kita juga tak bisa berkilah dengan alasan sebagai balas jasa karena Yudha yakin niat awalnya ikut BEM atau jadi panitia pasti untuk menambah teman dan pengalaman (saat wawancara pengurus atau panitia). Seharusnya itu tidak kita terima, kecuali kalau ada harta pribadi yang terpakai maka harus diganti atau digunakan untuk operasional kegiatan.

Contoh lainnya adalah sponsor atau donatur acara yang memberikan bantuan yang cukup material tidak diberi penghargaan atau LPj. Bagi perusahaan swasta LPj kita berguna bagi manajemen untuk mempertanggungjawabkan keuangan perusahaan. Jika ini tidak kita penuhi tentu akan membuat mereka kecewa, dan tak jarang untuk kesempatan selanjutnya jika kita minta bantuan lagi mereka tentu akan berpikir ulang untuk memberikan bantuan. Akibatnya kepengurusan selanjutnya yang menganggung konsekuensinya.

Banyak kondisi internal kampus yang dapat kita kritisi, tapi itu butuh pengkajian dan pengajian. Rektor dari dulu itu-itu juga orangnya sedangkan BEM setiap tahun berganti orangnya, namun persoalan yang dihadapi hampir sama saja, transparansi dana lah¸ pelayanan adminitrasi lah¸ tapi level pertanyaannya tidak meningkat sehingga pimpinan dengan mudah untuk menjawabnya dan kita pun susah untuk bertanya kembali karena kurangnya data.

Ketika kita meminta transparansi dana pertanyakan dulu sejauh mana kita transparan dengan keuangan kita. Jika kita akan mengkritisi administrasi kampus atau reformasi birokraasi, sudah sebaik apakah birokrasi atau administrasi di BEM sendiri? Jangan sampai kita melakukan apa yang kita tidak suka kalau orang lain melakukannya.

Mulai dari nol lagi seharusnya tidak terjadi jika kita aktif dan mau belajar dari pendahulu dan adanya dokumentasi yang jelas dan rapi. Sering kali pengalaman dari kabinet sebelumnya tidak sampai ke kabinet selanjutnya, paling banter transfer informasi terjadi kalau ada pengurus lama masuk kembali di kepengurusan yang baru.

  • Benar kata pak jaksa HDP alias Hanif Dwi Putra

Awal kepengurusan perlu waktu untuk saling mengenal dan memahami satu dengan yang lain, dan terkadang kita disibukkan dengan persoalan internal kepengurusan.

Sebuah alasan mujarab yang sebenarnya dapat diterima oleh akal sehat tapi tidak dengan perasaan adalah alasan studi, atau dengan bahasa yang lebih meluluhkan hati “saya harus menyelesaikan amanah orang tua”. Sebenarnya jika di bicarakan lebih awal tentu lebih baik walaupun sebenarnya meninggalkan teman-teman yang sedang berjuang tentu bukan sikap yang baik.

Sebuah ungkapan yang sering diucapkan adalah “saya akan menyeimbangkan amanah saya di BEM dan kuliah saya”, tapi kenyataannya mereka tetap pergi.

Penggantian menteri atau sekmen karena telah menyelesaikan studi ditengah-tengah kepengurusan bagi Yudha justru merusak hati dan suasana. Merusak hati karena teman kita yang seangkatan sudah wisuda sementara kita belum, apalagi kalau pulang kampung selalu ditanyakan kapan wisuda oleh orang tua. Pedih.

Kabinet Bersatu bagi Yudha adalah doa yang tidak di istijabah, kenapa? setengah periode kepengurusan saat reshuffle pertama, terlalu banyak dari kabinet yang diganti. Malahan ada departemen yang menteri dan sekmennya diganti. Parah.

Kita juga harus mulai membenahi administrasi kita. Beberapa dari kita mengeluh bahwa sistem adminstrasi kampus berbelit-belit, namun sebelum kita mengkritisi hal tersebut lihat dulu bagaimana keadaan administrasi kita di BEM KM. Sudah rapikah?

Mengenai kesibukan menyelesaikan LPj menjelang Sidang Umum, LPj bahkan sudah Yudha minta 4 bulan sebelum SU tapi nyatanya tidak siap. Belum lagi laporan keuangan yang berantakan.

***

Kira-kira itulah yang masih Yudha ingat dari hasil diskusi tersebut, bang Irwan juga sempat memberikan wejangan, walaupun tidak Yudha catat tapi wejangan beliau Yudha rekam dan sudah di upload di Youtube.

14 Oktober 2010

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *