waktu kuliah dulu

Kunjungan ke sekre itu…

Kunjungan ke sekre itu…

Senang rasanya melihat apa yang telah kita lakukan masih tetap diteruskan oleh generasi mendatang, apalagi jika itu merupakan hal yang baik. Terima kasih. Terima kasih.

Pada awalnya kunjungan mahasiswa baru untuk mendatangi sekre masing-masing UKM merupakan ide dari Rizki Kurniawan. Ya kalau untuk soal ide-ide cemerlang beliau memang ahlinya, tapi kalau untuk aplikasinya kita harus berterima kasih juga buat Muhammad Hayatuddin, karena untuk hal-hal teknis beliau sepertinya telah ditakdirkan untuk memikirkan hal-hal sepele yang tidak sempat dipikirkan oleh Rizki Kurniawan, meskipun dalam mengaplikasikan ide itu agak sulit. Paling-paling kalau beliau sudah mentok , beliau minta izin pulang kampung. Sebuah alasan yang kalau Yudha gunakan tidak dapat diterima oleh teman-teman yang lain.

Yudha kurang mengetahui dari mana datang ide meminta mahasiswa baru untuk mengunjungi PKM selama masa rehat BAKTI bisa muncul di kepalanya, seingat Yudha asal muasalnya kurang lebih begini: BAKTI 2009 merupakan BAKTI pertama yang dilaksanakan bertepatan dengan bulan Ramadhan 1430 H, karena pada tahun-tahun sebelumnya BAKTI dilaksanakan sebelum ramadhan. Mengingat kondisi mahasiswa baru dipastikan tidak terlalu bertenaga dan untuk menghindari kelelahan maka pada saat itu pimpinan mengambil kebijakan bahwa BAKTI 2009 hanya sampai jam 12 siang saja atau lebih sedikit jika acara sedikit molor.

Pada suatu siang di sekre yang pada saat itu masih rapi dan nyaman karena belum dihajar gempa, kami pada waktu itu (Rizki, Yudha, Trisna Puspita Sari dan dan lain-lain) terlibat perbincangan mengenai BAKTI. Setelah menyelesaikan diskusi mengenai poin-poin apa yang akan disepakati dengan lembaga mahasiswa lain terkait teknis BAKTI, kami pun mulai membuka pembicaraan mengenai bagaimana agar dapat memanfaatkan waktu agar mahasiswa baru dapat mengenal kampusnya walaupun dia telah selesai mengikuti BAKTI. Tapi sebelum itu mumpung Yudha masih ingat, akan Yudha kupas dulu sedikit mengenai proses kesepatakan antara pimpinan dengan lembaga mahasiswa.

Seperti biasa dan tahun-tahun sebelumnya, pimpinan telah mempunyai konsep tersendiri mengenai BAKTI yang telah dibicarakan melalui Rapat Pimpinan Bidang III. Setelah Bidang III menelurkan kebijakan dengan bukti bahwa jadwal BAKTI telah tersusun, baru mereka mengundang mahasiswa untuk rapat bersama. Biasanya BEM KM adalah lembaga pertama yang mendapatkan jadwal BAKTI dan mensosialisasikannya.

Kebiasaan kita yang cukup sering terjadi adalah cenderung reaktif akan kebijakan yang telah disepakati atau yang telah dibuat pimpinan. Pada saat itu dinyatakan bahwa tidak ada tambahan atribut yang akan dibebankan pada mahasiswa baru, dan tentu saja ada yang menolak hal tersebut dengan alasan yang digunakan oleh orang pada zaman jahiliyah dulu yaitu sudah menjadi tradisi. Tapi apapun itu tetap saja mahasiswa harus menerima keputusan tersebut karena kebijakan telah dibuat dan tidak ada tawaran ide yang menarik untuk dapat merevisinya.

Memang sepertinya kita sering gagal melawan argumen dari pimpinan karena kurang persiapan dan hal yang kita permasalahkan pun adalah warisan dari generasi terdahulu seperti atribut, peran senior, dan yang pasti yaitu masalah dana. Tentu sudah jelas bagi pimpinan bagaimana cara menjawabnya, karena setiap tahun mereka selalu ditanyakan mengenai hal tersebut. Lagi pula kita sering berpikir seperti katak, dimana teringat disana diucapkan.

Sedikit melenceng, namun menurut Yudha ada 2 jenis rapat yang dilakukan oleh pimpinan dengan mahasiswa mengenai satu permasalahan, yaitu 1) rapat dengar pendapat yang bersifat diskusi, 2) rapat dengar pendapat yang bersifat sosialisasi kebijakan, umumnya rapat nomor 2 yang sering dilaksanakan karena lebih efektif dan mudah dibanding dengan nomor 1.

Rapat nomor 1 adalah rapat yang sangat diharapkan, pada rapat ini tak akan ada perdebatan yang panjang kecuali bagi mereka yang suka mencari sesuatu perdebatan. Ide-ide mahasiswa begitu dihargai, dan jika ide dari mahasiswa itu sangat mengena, maka tidak jarang pimpinan berkata seperti ini:

“Oke, silahkan kalian buat konsepnya atau rancangan, nanti kami bantu”

Itulah kira-kira jawaban pimpinan jika ada ide dari mahasiswa yang tidak terpikirkan sebelumnya oleh pimpinan dan kemungkinan besar dapat dipenuhi. Ide itu biasanya bukan dari BEM tapi dari rekan-rekan yang lain, karena biasanya kalau ada pertemuan dengan pimpinan BEM itu berada pada pembukaan atau penutup atau bisa juga keduanya dalam sebuah diskusi.

Kondisi yang muncul selanjutnya adalah siapa yang akan membuat konsep atau rancangan tersebut? Tidak ada, akhirnya ide tersebut lenyap ditelan waktu dan suatu saat dapat digunakan oleh pimpinan untuk menekan. Jika memang dibutuhkan.

Kembali ke awal, berdasarkan pengalaman BBMK yang Yudha dapatkan informasinya ada temuan bahwa banyak juga mahasiswa baru yang salah memilih tempat, magang (BBMK biasa disebut juga dengan magang) di tempat yang bukan merupakan pilihan pertama, atau tidak BBMK sama sekali.

Mengenai temuan yang ketiga tentu saja sudah jelas apa penyebabnya, terlambat mendaftar.  Untuk temuan yang kedua, itu juga bisa dijelaskan dengan baik, sistemnya memang seperti itu. Jika UKM pilihan pertama kuotanya sudah penuh, maka dialihkan ke pilihan kedua, begitu seterusnya sampai pilihan ke empat. Nah, kalau yang pertama sepertinya karena mahasiswa baru tersebut kurang mengetahui secara mendalam mengenai UKM yang mereka pilih. Mungkin.

Jadi saat itu Rizki Kurniawan berkata seperti ini:

“Begini kawan-kawan, bagaimana kalau kita membuat open sekre, artinya kita arahkan mahasiswa baru ini untuk mengunjungi sekre UKM, dari pada mereka pulang terus tidak melakukan apa-apa, akan lebih baik mereka mengunjungi UKM-UKM sekaligus persiapan mereka untuk memilih tempat untuk BBMK besok”.

Ide awalnya teman-teman UKM akan membuka stand di lapangan basket, kita pada waktu itu sudah mengambil ancang-ancang jika nanti diperlukan tenda. Namun pendapat teman-teman UKM pada saat itu dalam rapat BAKTI lebih baik di PKM saja, selain tidak memerlukan biaya untuk sewa tenda, juga untuk lebih dekat mengenal UKM di sekre masing-masing.

Oke, satu kesepakatan telah dicapai, lalu hal terpikirkan kemudian adalah 1) bagaimana formatnya dan 2) cara apa yang digunakan agar mahasiswa baru mau saja diminta untuk datang ke PKM?

Untuk formatnya alias nomor 1), BEM KM akan memberikan surat pengantar kepada mahasiswa baru kepada Ketua UKM untuk menerima kunjungan mahasiswa baru dalam rangka sosialisasi lembaga. Surat pengantar itu juga terlampir kartu kendali bahwa si mahasiswa telah berkunjung ke sekre UKM, UKM yang telah dikunjungi cukup memberikan tanda stempel pada kotak yang telah disediakan. Jumlah kotaknya pun tidak banyak hanya sebanyak jumlah UKM pada saat itu, dan mahasiswa baru pun tidak diharuskan mengunjungi semau UKM, sekurang-kurangnya 4 UKM saja. Ini sesuai dengan jumlah pilihan pada pendaftaran BBMK online . Untuk mendapatkannya mahasiswa baru cukup mengunjungi tempat photocopy yang telah ditunjuk, salah satunya KOPMA.

Namun pada pelaksanaannya beredarlah rumor yang sangat dipegang teguh oleh mahasiswa baru yaitu kunjungi semua sekre, asal ada pintu di PKM itu, kunjungi dan minta stempel. Agar lebih aman dan percaya diri serta menghindari hal-hal yang tidak diinginkan seperti diuji dengan sedikit lelucon oleh pengurus UKM, maka datanglah beramai-ramai. Dan boom…ramailah PKM serta penuhlah sekre dengan mahasiswa baru. Karena alas kaki tidak diperkenankan untuk masuk sekre, maka berjejerlah berbagai macam sandal dan sepatu di depan pintu sekre. Bayangkan jika ada yang iseng menukar setumpuk sandal atau sepatu dari sekre satu ke sekre lainnya, misal dari Genta Andalas ke FKI Rabbani, bisa kita perkirakan bahwa pada saat  itu terjadi arus perputaran manusia yang kepalanya menunduk kebawah sambil berkata: “sandal saya mana?”. Seandainya saat itu bukan bulan puasa, mungkin hal tersebut bisa terjadi.

Meskipun didalam kartu kendali tidak diharuskan mengunjungi BEM dan DPM, namun seperti yang Yudha ceritakan diatas, mereka tetap berkunjung. Bagi kita sih tidak terlalu bermasalah karena sekre cukup untuk memuat satu angkatan mahasiswa baru, tapi tidak tahulah kondisinya dengan DPM. Beberapa pengurus yang menerima kunjungan mahasiswa baru pun mulai narsis, pasang tampang berwibawa seraya memberi penjelasan mengenai student state KM UNAND (emang mereka ngerti? ), struktur, dan program kerja.

Beberapa UKM pun tidak ketinggalan, ada yang mensyaratkan telah mendapatkan 3 stempel baru bisa mendapatkan stempel UKM mereka, bahkan ada juga 7. Apa boleh buat kita memang tidak ada kesepakatan mengenai hal tersebut.

Panitia BAKTI sendiripun yang saat itu merupakan panitia gabungan antara BEM KM dengan utusan UKM telah mempersiapkan ancang-ancang untuk menindaklanjuti hasil dari kartu kendali tersebut seperti menjadikan syarat untuk pendaftaran BBMK atau masuk dalam poin penilaian BBMK (kalau tidak salah ). Tentu saja ide itu ditolak karena tidak ada dikesepakatan awal, yang kena imbasnya tentu saja BEM. Ada yang bilang tidak konsisten atau seenaknya saja. Mohon maaf untuk hal tersebut.

Terlintas dipikiran Yudha untuk memarahi Departemen Dalam Negeri karena kurang memberikan pengawasan pada panitia dan Panitia BAKTI karena seenaknya saja mengambil keputusan yang menurut Yudha itu termasuk kategori keputusan strategis yang berada ditangan presiden. Namun mau bilang apa, yang berbuat teman kita juga, yang buat ulah adik kita juga, perbanyak sabar. Sabar!

Untuk nomor 2) alias bagaimana caranya agar mahasiswa baru tidak keberatan untuk mengunjungi PKM? Gampang, minta saja “baik-baik”.

Setelah melaksanakan kunjungan ke UKM, semua kartu kendali dikumpulkan melalui Komting masing-masing dan voila… terjadilah penumpukan di atas meja Dagri yang pada saat itu sudah sekarat.

Atas saran Presiden pada saat itu kita melakukan evaluasi dengan menanyakan pendapat UKM secara langsung kepada ketuanya, waktu itu Yudha dan Nana (Sekmendagri) yang melaksanakannya dengan mengirimkan SMS. Beberapa ada yang menyatakan kegiatan tersebut baik  karena dapat dijadikan sarana perkenalan lembaga karena selama ini perkenalan lembaga hanya sempat pada BAKTI melalui penampilan yang kurang lebih 10 menit saja. Ada juga yang kesal karena sekre mereka jadi ramai sehingga kegiatan seperti rapat menjadi terganggu, dan ada juga menanyakan apa tindaklanjut dari kegiatan ini.

Satu hal yang kurang kita perhatikan pada saat itu adalah tindaklanjut dari kegiatan ini, akhirnya kita berkesimpulan untuk kegiatan perdana ini cukuplah sebagai sarana pengenalan lembaga dalam rangka menunjang proses pemilihan tempat magang oleh mahasiswa baru.

Dibalik itu semua, kartu kendali tersebut memberikan manfaat yang sangat besar dikemudian hari, karena di kartu kendali tersebut termuat identitas mahasiswa yang bersangkutan seperti nomor HP. Jauh lebih efektif dari program pengumpulan data mahasiswa baru yang dikerjakan Litbang yang sangat lambat sekali penyelesaiannya.

Memanfaatkan fasilitas sms murah dan gratis, kita mengirimkan sms ajakan untuk mengikuti aksi menolak kriminalisasi pimpinan KPK. Terbukti cukup berhasil karena untuk aksi tersebut massa kita cukup banyak. Selain itu karena proses pengumpulannya melalui Komting, kita juga sempat mengumpulkan semua Komting yang ada dan meminta mereka untuk membuat suatu acara. Kalau tidak salah acaranya adalah Trauma Healing pasca gempa 30 September di Pariaman. Untuk pertama kalinya ada Ketua Komting Angkatan 2009 yaitu BN dari Sastra (moga-moga tidak salah) .

Sangat disayangkan kartu kendali itu harus menjadi sampah kertas basah yang terkena air hujan akibat dari bocornya sekre kita karena gempa kemarin. Sangat disayangkan memang.

Namun hal itu telah terjadi, kedepan tentu saja kita mengharapkan semua akan lebih baik dan rapi lagi.

Sekarang situasi telah lebih baik, baik mahasiswa baru maupun lembaga yang dikunjungi sama-sama antusias. Seperti yang terlihat pada gambar.

Padang, 28 Agustus 2010

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *