waktu kuliah dulu

Jadi Mensesneg…(bagian 2)

Jadi Mensesneg…(bagian 2)

Pernah jual mahal? Atau PD abis alias pantang diarok-an ? Berlagak tak butuh padahal mau? Ditawari jabatan tapi menolak? Kalau di dunia yang sebenarnya tidak akan ada yang menolak, kalau didunia kampus? Beda.

 

Yudha jadi teringat pada saat Sidang Umum MPM KM UNAND 2009 dulu, 21-23 Mei 2009 di gedung E2.1. Saat masih berstatus anggota MPM yang menyidang BEM KM. Pada 2 hari pertama agenda sidang adalah pembahasan LPj Presiden Mahasiswa, kita tidak mempersalahkan kinerjanya tapi laporannya yang amburadoel. Pada saat itu hadirlah seorang anak bangsa yang seterusnya selama hampir setahun kedepan menghantui segi-segi kehidupan Yudha, bahkan sampai sekarang.

Pada rehat sidang kami (Yudha, Pakde, dan siapa lagi ya?) sempat berdiskusi mengenai presiden terpilih (menggosip kata lainnya). Pada saat itu terjadilah dialog yang mengedepankan intelektualitas (masa? )

Pakde:  “ Yudha, itu presiden baru, lobilah!”

Yudha (sambil melihat ke presiden): “untuk apa tu pakde?”

Pakde: “Tapi Yudha mau jadi menteri?”

Yudha: “ah, yudha mau tamat lagi”

Dialog pun selesai dan sidang pun berlanjut.

Pada saat rehat berikutnya Yudha sedang duduk di deretan bangku undangan dan tiba-tiba muncullah makhluk dengan kepala besar duduk disamping yudha dengan senyuman yang tak seberapa manis. Maksudnya senyum tapi tampangnya sangar. Dengan akrab (padahal duduk dengan jarak sedekat itu baru kali ini) beliau berkata yang menurut pendapat pribadi Yudha sama dengan mimpi buruk. Beliau menanyakan pertanyaan yang 2 bulan belakangan sering ditanyakan ke Yudha, dan Yudha pun menduga bahwa beliau akan mempertanyakan itu. Biasalah, pertanyaan standar.

“Di BEM wak bisuak bro ?” tuh kan , pertanyaan yang Yudha duga, tapi karena sudah sering ditanyakan Yudha telah mempersiapkan jawaban dengan diplomatis.

ndak ah, Yudha mau konsen ke skripsi ” hahaha… diplomatiskan jawabannya? Jawaban standar. Padahal bukan itu yang ingin Yudha sampaikan, inginnya jawabannya seperti ini:

“hm… posisi apa yang ditawarkan?” xixixixi , tapi tidak mungkinlah jawaban itu yang Yudha sampaikan, nanti dikira pula saya orang yang gila jabatan. Bukankah ada pesan bijak yang Yudha rasa sangat di pegang teguh oleh presiden terpilih waktu itu, “jangan beri amanah orang yang meminta amanah”. Sudah pernah dengarkan? Setelah itu Yudha langsung pergi dengan alasan ingin pipis.

“Tanya apa dia yud?” Tanya pakde

“diajaknya yudha di BEM lagi, seenaknya”

“padahal Yudha mau tu?

No comment…

Wah luar biasa, presiden terpilih dicuekin. Selama sidang berlangsung beliau sering mendekati Yudha tapi Yudha biarkan saja, setiap ditanya atau beliau mencoba membuka pembicaraan langsung Yudha tangkis. Setiap senyuman yang diberikan dengan muka manis langsung Yudha balas dengan senyum datar tak berekpresi. Hahaha, sebuah kemenangan untuk sementara waktu sampai beliau benar-benar menunjuk Yudha untuk di BEM lagi.

Sebenarnya agak berat juga hati ini untuk terus melanjutkan perjuangan di BEM KM, IPK belum sampai 3, mama dah nanya kapan wisuda, teman-teman sudah ada yang seminar dan menunggu kompre, apalah yang akan terjadi?

*****

Pasca sidang umum yudha agak alergi untuk ke PKM khawatir kalau pas lewat di depan sekre BEM nanti ada suara yang menyuruh untuk masuk kedalam sekre. Seram. Tapi Yudha masih harus ke PKM juga untuk mengambil bantuan dana.

Via facebook dengan pakde kami pernah sedikit taruhan, ceritanya begini; pakde mendapat informasi bahwa Yudha akan menjadi menteri. Yudha telah menduga sebelumnya bahwa Yudha akan jadi menteri, kalau tidak jadi menteri Yudha tidak mau ke BEM. Jadi posisi manakah yang akan diberikan kepada Yudha?

Ada 2 kemungkian, yang pertama menteri keuangan. Rasanya dengan latar belakang akademis dan pada pembahasan Lpj BEM kemarin Yudha kebagian masalah keuangan BEM, Yudha rasa Yudha adalah orang yang tepat untuk memperbaiki akuntabilitas keuangan BEM. Jika nanti memang jadi menteri keuangan maka Yudha telah mempesiapkan agenda untuk memperbaiki transparansi dan akuntabilitas keuangan BEM. Seperti mempesiapkan bentuk laporan arus kas, pencatatan keuangan sehingga laporan keuangan BEM tidak seperti laporan keuangan masjid. Masak BEM tidak tahu berapa dana yang digunakan dalam 1 tahun kepengurusan dan berapa sisanya? Apa kata dunia?

Kemungkinan yang kedua adalah menjadi menteri dalam negeri. Oh ya… jika syarat utama menjadi menteri dalam negeri adalah pemahaman student state? 1 tahun di DPM dan berkat bimbingan Pakde – HDP juga, kita diawal kepengurusan dulu sering diskusi ba’da maghrib di sekre BEM mengenai studentstate, rasanya Yudha telah mantap. Untuk masalah BAKTI, waktu zaman bang Khalid dulu Yudha jadi panitia BAKTI Universitas dan Fakultas. Kalau kedekatan dengan UKM? Pada saat itu hamprir semua UKM baru saja memilih ketua baru dan Yudha tahu siapa saja ketuanya. Masalah BBMK? Sebelum sidang umum, MPM menjadi panitia pelaksana Forum Komunikasi PKM. Pada saat itu kita mengangkat tema BBMK dan berhasil menghadirkan PR 3 dan Asisten PR 3 serta hampir seluruh UKM hadir pada waktu itu serta BEM. Hasil pertemuan itu dibuat pres rilis serta dibagikan ke seluruh UKM dan PR 3 beserta daftar hadir.

Jika berbicara mengenai Pekan Kreativitas Mahasiswa, pengalaman pada zaman bang Khalid dan saat MPM diminta BEM untuk jadi juri stand PKM V, Yudha rasa cukup untuk menjadi bekal membuat PKM jadi lebih baik.

Urusan kunjungan ke Fakultas dan UKM dalam rangka roadshow? Waktu di DPM kan udah pernah. Insya Allah cukuplah bekal untuk menjadi menteri dalam negeri.

Jadi Yudha bilang ke Pakde seperti ini: (ini hanya bercandaan)

“lobi-lobi lah pakde, biar Yudha jadi menteri!” Pakde menjawab begini:

“lobi itu butuh biaya Yud” Walah…

“berapa?”

“gini aja, kalau menteri keuangan Rp 200.000, kalau menteri dalam negeri Rp 300.000, gimana?”

“wakil presiden Rp 500.000 pakde!”

“hahhah, kalau itu ndak sampai lobi pakde Yud, dah level tinggi tu”

“okelah”

—sebelumnya—

—bersambung—

Padang, 14 Juli 2010

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *