waktu kuliah dulu

Jadi Mensesneg …

Tak pernah terbayangkan sebelumnya jika harus kembali ke BEM KM UNAND dan kali ini harus menjadi seorang Menteri Sekretaris Negara mendampingi presiden mahasiswa terpilih, meski sebelumnya telah menduga bahwa wisuda sepertinya akan tertunda. Gelagat ini sudah kelihatan dan dirasakan kurang lebih 2 bulan menjelang Sidang Umum Majelis Permusyawaratan Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Universitas Andalas 2009 (SU MPM KM UNAND 2009).

Gelagat awal dirasakan dari suasana di sekre DPM KM UNAND, sudah mulai membicarakan siapa yang akan melanjutkan “karir perjuangan” di BEM KM UNAND pada periode selanjutnya. Tembakannya juga cukup jelas, mereka yang 2005 dan kemungkinan besar tidak akan tamat sebelum Juni 2010. Dasar.

Nominatornya sudah jelas, yang pasti Ketua DPM saat itu saudara Ade Zainal  yang sering kami panggil “pakde” tidak masuk hitungan karena beliau angkatan BP 2004, masak menteri lebih tua dari presiden. Jadi terhentilah tren bahwa mantan Ketua DPM akan Menteri Dalam Negeri pada periode selanjutnya. Tren ini yang Yudha ketahui dimulai pada periode 2007-2008, yaitu saat Dodi Febrizal (Ketua DPM 2006-2007) jadi Menteri Dalam Negeri 2007-2008, lalu M Rizqi Azmi (Ketua DPM 2007-2008 dan Menteri Dalam Negeri 2008-2009), dan kedua-duanya anak Fakultas Hukum, aktif di salah satu UKM (Dodi Febrizal di Pandekar dan M Rizqi Azmi di Genta Andalas) dan laki-laki. Junaidi sebagai Wakil Ketua DPM kala itu juga BP 2004, oleh Karena itu pengabdian beliau selama 2 tahun di legislatif dirasa cukup.

Jadi kalau dipikir-pikir selama 2 tahun Ketua DPM selalu lebih muda dibandingkan dengan presiden, dalam artian yang mengawasi lebih kecil dibanding yang diawasi.

Begitu juga dengan Ketua MPM, Marde Syahni mahasiswa Fakultas Pertanian 2004. Selain faktor BP, memang selama ini yang Yudha ketahui rasanya belum ada ketua MPM yang jadi pengurus BEM KM pada kepengurusan berikutnya. Pada periode 2008-2009 pernah tercatat nama Wahuddin (Ketua MPM 2007-2008) dalam strukur kepengurusan pada Departemen Luar Negeri, namun diawal kepengurusan beliau mengundurkan diri dengan teratur.

Lanjut kepada Ketua Komisi A Hainum Mawaddah Aceh dari Fakultas Hukum. Meski 2005 namun telah dapat dipastikan saat itu beliau berada pada injury time kuliahnya alias telah berada di ujung masa studi, bahkan pada saat Sidang Umum beliau telah sahih menyandang gelar SH sehingga tidak pantas lagi disebut sebagai mahasiswa. Dan beliau pun sama dengan 2 orang diatas. Tidak melanjutkan. Begitu juga dengan Zenius Madi (Ketua Komisi B) juga dipastikan mengikuti jejak Pakde, Marde, dan Hainum.

Dan calon nominator pun semakin menciut, dikurangi Deni dan Ratno (keduanya DPF), maka yang tersisa adalah:

  1. Dwi Yudha Hady Putra (Ketua Komisi C)
  2. Putri Ivona (Anggota Komisi C)
  3. Rizki Ramayani Tito (Anggota Komisi A)
  4. Vivi Anggia (Anggota Komis B)

 

  1. Dwi Yudha Hady Putra

Beliau memang digadang-gadangkan akan melanjutkan karirnya di KM UNAND, banyak hal yang mendukung hal tersebut. Beliau mengatakan bahwa menjelang akhir kepengurusan di DPM, ada beberapa orang yang menanyakan hal yang identik, dan itu hampir terjadi setiap hari. Pertanyaannya adalah: “kapan wisuda yud?”. Walah, pertanyaan yang tidak menyenangkan dan pasti orang yang bertanya tidak lebih tahu dari yang ditanya.

Tentu saja dengan kesal dijawab sekenanya saja, emang saya ini apa? Terus kalau belum mau wisuda memangnya kenapa? Dasar!

  1. Putri Ivona

Ahai, ini sebuah nama yang diprediksi juga akan melanjutkan perjuangan, dan seperti akan mengatakan “ya” jika diminta. Kurang bias membayangkan jika “umar” yang satu ini harus di BEM KM yang notabene-nya harus pulang malam, bukan harus sih, tapi sering. Biasanya jam 18.00 wib udah ribut nyuruh pulang. Hahahha…

  1. Rizki Ramayani Tito

Sebenarnya sih dari segi prestasi kerja waktu di DPM dapat dikatakan cukup mengingat beliau kurang memiliki kompetensi di Komisi A, dan dapat dibilang bagus kalau urusan konsumsi. Hahaha.

  1. Vivi Anggia

Kalau yudha sih sering bilang Kiki dan Vivi itu kembaran yang sangat jauh sekali jika dikatakan identik. Mirip-mirip seangin pun tidak, kecuali dari segi nama dan kedatangan ke sekre. Maklum, sama-sama dari Farmasi. Sering dizalimi oleh Ketua Komisi B sendiri karena ketuanya jarang datang. Hahaha.

And the results are:

Ternyata hanya 3 dari 4 nominator diatas yang melanjutkan perjuangan ke BEM KM, tidak tahu apakah ini suatu kebanggaan atau kemalangan. Vivi Anggia tersingkir dari persaingan karena beliau berhasil merampungkan penelitiannya, beruntungnya (seharusnya yudha seperti itu juga ). Tiga nama lainnya harus bersabar dan menguatkan hati untuk menerima kenyataan bahwa mereka harus bertahan.

Rasanya tidak ada dari mereka bertiga berharap untuk tetap bertahan dan mencurahkan waktu, pikiran, dan uang jajan untuk berkarya di BEM KM, namun apa boleh buat, ini adalah kehendakNya. Seperti kata pepatah minang yang yudha ubah sedikit, “amanah tidak  diminta, tapi kalau dikasih tidak boleh ditolak”. Masa?

Seperti yang yudha tulis di awal, orang keren ini dipilih (dipilih atau diminta dengan paksaan ya? J ) sebagai menteri sekretaris negara, Putri Ivona sebagai sekretaris menteri penelitian dan pengembangan dan akhirnya menjadi menteri penelitian pengembangan, sedangkan Rizki Ramayani Tito menjadi staf Deplitbang hingga akhir periode. Selamat.

Untuk DPF hanya Deni Pratama yang melanjutkan karir yaitu sebagai sekretaris menteri luar negeri, sedangkan Ratno tetap menjadi dirinya sendiri.

~~ bersambung ~~

Padang, 11 Juli 2010

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *